Minggu, 25 April 2010

HERPES GENITALIS

HERPES GENITALIS


A. Definisi
Herpes Genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling rektum atau daerah di sekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks.

B. Etiologi

Penyebabnya adalah virus herpes simpleks. Ada 2 jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2.
HSV-2 biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan HSV-1 biasanya menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks tersebut bisa menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan (terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan ke bagian tubuh lainnya (misalnya permukaan mata).
Luka herpes biasanya tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa penderita juga memiliki organisme lainnya pada luka tersebut yang ditularkan secara seksual (misalnya sifilis atau cangkroid).



C. Epidemoilogi
Prevalensi anti bodi dari HSV-1 pada sebuah populasi bergantung pada faktor-faktor seperti negara, kelas sosial ekonomi dan usia. HSV-1 umumnya ditemukan pada daerah oral pada masa kanak-kanak, terlebih lagi pada kondisi sosial ekonomi terbelakang.Kebiasaan, orientasi seksual dan gender mempengaruhi HSV-2. HSV-2 prevalensinya lebih rendah dibanding HSV-1 dan lebih sering ditemukan pada usia dewasa yang terjadi karena kontak seksual. Prevalensi HSV-2 pada usia dewasa meningkat dan secara signifikan lebih tinggi Amerika Serikat dari pada Eropa dan kelompok etnik kulit hitam dibanding kulit putih. Seroprevalensi HSV-2 adalah 5 % pada populasi wanita secara umum di inggris, tetapi mencapai 80% pada wanita Afro-Amerika yang berusia antara 60-69 tahun di USA.

Herpes genital mengalami peningkatan antara awal tahun 1960-an dan 1990-an. Di inggris laporan pasien dengan herpes genital pada klinik PMS meningkat enam kali lipat antara tahun 1972-1994. Kunjungan awal pada dokter yang dilakukan oleh pasien di Amerika Serikat untuk episode pertama dari herpes genital meningkat sepuluh kali lipat mulai dari 16.986 pasien di tahun 1970 menjadi 160.000 di tahun 1995 per 100.000 pasien yang berkunjung.
Disamping itu lebih banyaknya golongan wanita dibandingkan pria disebabkan oleh anatomi alat genital (permukaan mukosa lebih luas pada wanita), seringnya rekurensi pada pria dan lebih ringannya gejala pada pria. Walaupun demikian, dari jumlah tersebut di atas hanya 9% yang menyadari akan penyakitnya.

Studi pada tahun 1960 menunjukkan bahwa HSV-1 lebih sering berhubungan dengan kelainan oral dan HSV-2 berhubungan dengan kelainan genital. Atau dikatakan HSV-1 menyebabkan kelainan di atas pinggang dan VHS-2 menyebabkan kelainan di bawah pinggang. Tetapi didapatkan juga jumlah signifikan genital herpes 30-40% disebabkan HSV-1.HSV-2 juga kadang-kadang menyebabkan kelainan oral, diduga karena meningkatnya kasus hubungan seks oral. Jarang didapatkan kelainan oral karena VHS-2 tanpa infeksi genital. Di Indonesia, sampai saat ini belum ada angka yang pasti, akan tetapi dari 13 RS pendidikan Herpes genitalis merupakan PMS (Penyakit Menular Seksual) dengan gejala ulkus genital yang paling sering dijumpai.

D. Patofisiologi
HSV dapat menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari ginggivostomatitis sampai keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit kelamin dan infeksi pada neonatus. Komplikasi tersebut menjadi bahan pemikiran dan perhatian dari beberapa ahli, seperti : ahli penyakit kulit dan kelamin, ahli kandungan, ahli mikrobiologi dan lain sebagainya. Infeksi primer oleh HSV lebih berat dan mempunyai riwayat yang berbeda dengan infeksi rekuren.

Setelah terjadinya infeksi primer virus mengalami masa laten atau stadium dorman, dan infeksi rekuren disebabkan oleh reaktivasi virus dorman ini yang kemudian menimbulkan kelainan pada kulit. Infeksi herpes simpleks fasial-oral rekuren atau herpes labialis dikenali sebagai fever blister atau cold sore dan ditemukan pada 25-40% dari penderita Amerika yang telah terinfeksi.

Herpes simpleks fasial-oral biasanya sembuh sendiri. Tetapi pada penderita dengan imunitas yang rendah, dapat ditemukan lesi berat dan luas berupa ulkus yang nyeri pada mulut dan esofagus.Virus herpes merupakan sekelompok virus yang termasuk dalam famili herpesviridae yang mempunyai morfologi yang identik dan mempunyai kemampuan untuk berada dalam keadaan laten dalam sel hospes setelah infeksi primer. Virus yang berada dalam keadaan laten dapat bertahan untuk periode yang lama bahkan seumur hidup penderita. Virus tersebut tetap mempunyai kemampuan untuk mengadakan reaktivasi kembali sehingga dapat terjadi infeksi yang rekuren.

Prevalensi yang dilaporkan dari herpes genitalis bergantung pada karakteristik demografis, sosial ekonomi dan klinis dari populasi pasien yang pernah diteliti dan teknik pemeriksaan laboratorium dan klinik digunakan untuk mendiagnosa. Studi seroepidemiologi menunjukkan disparitas yang lebar antara prevalensi antibodi dan infeksi klinis, ini mengindikasikan bahwa banyak orang mendapat infeksi subklinik.

E. Virulensi herpes Genital
HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam famili herphesviridae, sebuah grup virus DNA rantai ganda lipid-enveloped yang berperanan secara luas pada infeksi manusia. Kedua serotipe HSV dan virus varicella zoster mempunyai hubungan dekat sebagai subfamili virus alpha-herpesviridae. Alfa herpes virus menginfeksi tipe sel multiple, bertumbuh cepat dan secara efisien menghancurkan sel host dan infeksi pada sel host. Infeksi pada natural host ditandai oleh lesi epidermis, seringkali melibatkan permukaan mukosa dengan penyebaran virus pada sistem saraf dan menetap sebagai infeksi laten pada neuron, dimana dapat aktif kembali secara periodik. Transmisi infeksi HSV seringkali berlangsung lewat kontak erat dengan pasien yang dapat menularkan virus lewat permukaan mukosa.

Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar melalui droplet pernapasan, atau melalui kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi. HSV-2 biasanya ditularkan secara seksual. Setelah virus masuk ke dalam tubuh hospes, terjadi penggabungan dengan DNA hospes dan mengadakan multiplikasi serta menimbulkan kelainan pada kulit. Waktu itu pada hospes itu sendiri belum ada antibodi spesifik. Keadaan ini dapat mengakibatkan timbulnya lesi pada daerah yang luas dengan gejala konstitusi berat. Selanjutnya virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf regional dan berdiam di sana serta bersifat laten. Infeksi orofaring HSV-1 menimbulkan infeksi laten di ganglia trigeminal, sedangkan infeksi genital HSV-2 menimbulkan infeksi laten di ganglion sakral. Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus (trigger factor), virus akan mengalami reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah infeksi rekuren. Pada saat ini dalam tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi primer.

Faktor pencetus tersebut antara lain adalah trauma atau koitus, demam, stres fisik atau emosi, sinar UV, gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-obatan dan beberapa kasus tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. Penularan hampir selalu melalui hubungan seksul baik genito genital, ano genital maupun oro genital. Infeksi oleh HSV dapat bersifat laten tanpa gejala klinis dan kelompok ini bertanggung jawab terhadap penyebaran penyakit. Infeksi dengan HSV dimulai dari kontak virus dengan mukosa (orofaring, serviks, konjungtiva) atau kulit yang abrasi. Replikasi virus dalam sel epidermis daan dermis menyebabkan destruksi seluler dan keradangan.


F. Gejala dan Masa Inkubasi
Herpes genitalis primer memiliki masa inkubasi antara 3 - 7 hari. Gejala yang timbul dapat bersifat berat tetapi bisa juga tidak tampak, terutama apabila lukanya berada di daerah mulut rahim pada perempuan. Pada awalnya, gejala ini didahului oleh rasa terbakar beberpa jam sebelumnya pada daerah dimana akan terjadi luka. Setelah luka timbul, penderita akan merasakan gejala seperti tidak enak badan, demam, sakit kepala, kelelahan, serta nyeri otot. Luka yang terjadi berbentuk vesikel atau gelembung-gelembung. Kemudian kulit tampak kemerahan dan muncullah vesikel yang bergerombol dengan ukuran sama besar. Vesikel yang berisi cairan ini mudah pecah sehingga menimbulkan luka yang melebar. Bahkan ada kalanya kelenjar getah bening di sekitarnya membesar dan terasa nyeri bila diraba.
Pada pria gejala akan tampak lebih jelas karena tumbuh pada kulit bagian luar kelenjar penis, batang penis, buah zakar, atau daerah anus. Sebaliknya, pada wanita gejala itu sulit terdeteksi karena letaknya tersembunyi. Herpes genitalis pada wanita biasanya menyerang bagian labia majora, labia minora, klitoris, malah acap kali leher rahim (serviks) tanpa gejala klinis. Gejala itu sering disertai rasa nyeri pada saluran kencing.


G. Diagnosa
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
• Untuk memperkuat diagnosa, diambil apusan dari luka dan dibiakkan di laboratorium.
• Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi terhadap virus.


H. Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan.
Jumlah serangan bisa dikurangi dengan terus menerus mengkonsumsi obat anti-virus dosis rendah. Pengobatan akan efektif jika dimulai sedini mungkin, biasanya 2 hari setelah timbulnya gejala.
Asikovir atau Melia Propolis bisa diberikan dalam bentuk sediaan oral atau krim untuk dioleskan langsung ke luka herpes.
Obat ini mengurangi jumlah virus yang hidup di dalam luka sehingga mengurangi resiko penularan. Obat ini juga bisa meringankan gejala pada fase awal. Tetapi pengobatan dini pada serangan pertama tidak dapat mencegah kambuhnya penyakit ini.

I. Pencegahan
Saran-saran untuk mencegah herpes genital adalah sama dengan yang untuk mencegah penyakit menular seksual lainnya. Kuncinya adalah untuk menghindari terinfeksi dengan HSV, yang sangat menular, pada waktu lesi ada. Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah menjauhkan diri dari aktivitas seksual atau membatasi hubungan seksual denagn hanya satu orang yang bebas infeksi.
Pendek kata, Anda dapat:
• Gunakan, atau pasangan Anda gunakan, sebuah kondom lateks selama setiap kontak seksual
• Batasi jumlah pasangan seks
• Hindari hubungan seksual jika pasangan terkena herpes di daerah genital atau di mana pun
• Komunikasi terbuka dengan pasangan Anda atau calon pasangan adalah penting.
• Jika Anda hamil, pastikan untuk memberitahu dokter Anda bahwa Anda telah terinfeksi HSV atau, jika anda tidak yakin, mintalah untuk diuji untuk HSV. Perhatikan tanda-tanda dan gejala HSV selama kehamilan.

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

1. BACKGROUND OF HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Pregnancy is a physiological process that occurs in women. Pregnancy begins from conception until birth of the fetus. Based on the WHO study it is found throughout the world for 500,000 deaths per year during pregnancy or delivery and the neonatal infant mortality, especially for 10,000,000 inhabitants per year during pregnancy or delivery.
Educating pregnant women is need to be done because many pregnant women do not understand the importance of prenatal care, especially the extension of complications as a result of pathological pregnancy, one of them is "Hyperemesis Gravidarum". Maternal Mortality is expected in Indonesia decreased by 75% in 2010 from the year 1990. In Indonesia in 2010 later, it is mentioned that in 2010 the number of pregnancy and delivery in Indonesia can be manifasted and service standards can be improved by every medical staff.

2. DEFINITION OF HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Hyperemesis gravidarum is a severe form of morning sickness, with unrelenting, excessive pregnancy-related nausea and/or vomiting that prevents adequate intake of food and fluids.

3. SYMPTOMS OF HYPEREMESIS GRAVIDARUM
There are many symptoms of hyperemesis gravidarum. A woman who has experiences the following symptoms should notify her obstetrician:
• Nausea accompanied by uncontrolled vomiting
• Inability to keep any food down
• Nausea and/or vomiting that does not get better after the first trimester (about 12 weeks gestation)
• Severe dehydration
• Food aversions
• Loss of 5 percent or more of mother’s pre-pregnancy weight
• Decreased urination
• Headaches
• Confusion
• Jaundice
• Fainting

4. CAUSE OF HIPEREMESIS GRAVIDARUM
No one knows for certain what causing hyperemesis gravidarum. May be a genetic tendency having extreme morning sickness; sisters or daughters of women with hyperemesis gravidarum have a higher incidence of having it than women with no family history of hyperemesis gravidarum. Also, women who have had it in previous pregnancies are more likely to have hyperemesis gravidarum again. Some have suggested that the bacteria Helicobacter Pylori may contribute to hyperemesis gravidarum, but the scientific data is inconclusive about whether this is actually a contributing factor or not.

5. MEDICAL TREATMENT OF HPEREMESIS GRAVIDARUM
Below are several which are commonly used to treat HG and are believed to be safe :
• The standard treatment in most of the world is Benedictin (also sold under the trademark name Diclectin), a combination of doxylamine succinate and vitamin B6.
• Antiemetic drugs, especially ondansetron (Zofran)
• Metoclopramide is sometimes used in conjunction with antiemetic drugs; however, it has a somewhat higher incidence of side effects.
• Other medications less commonly used to treat HG include Marinol, corticosteroids and antihistamines.




6. PREVENTION OF HYPEREMESIS GRAVIDARUM
Although there isn’t evidence that hyperemesis gravidarum can be prevented. Several strategies may help lessen the nausea and vomiting. Some of them are :
• Eating dry foods and limiting fluid intake may also be helpful
• Small meals should be eaten frequently throughout the day, with a protein snack at night.
• Eating soda crackers before rising from bed in the morning may help prevent early morning nausea.
• Iron supplements may cause nausea and can be eliminated until the nausea is controlled.
• Sitting upright for 45 minutes after meals may also help.

7. CONCLUSION
Hyperemesis gravidarum is severe morning sickness that affects some pregnant women. It can make dehydration, electrolyte imbalance and malnutrition. Many pregnant women experience “morning sickness,” nausea and vomiting that can occur at any time of day. Hyperemesis Gravidarum can prevented with lessen of the nause and vomiting.

Senin, 02 November 2009

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI ORAL TRUSH

Oral Trush
A. Pengertian
Oral trush adalah adanya bercak putih pada lidah, langit – langit dan pipi bagian dalam (Wong : 1995). Bercak tersebut sulit untuk dihilangkan dan bila dipaksa untuk diambil maka akan mengakibatkan perdarahan. Oral Trush ini sering disebut juga denagn oral candidiasis atau moniliasis, dan sering terjadi pada masa bayi. Seiring dengan bertambahnya usia, angka kejadian makin jarang, kecuali pada bayi yang mendapatkan pengobatan antibiotik atau imunosupresif (Nelson, 1994: 638)
Oral Trush ini kadang sulit dibedakan dengan sisa susu, terutama pada bayi yang mendapatkan susu formula (Pengganti air Susu Ibu – PASI). Sisa susu yang berupa lapisan endapan putih tebal pada lidah bayi ini dapat dibersihkan dengan kapas lidi yang dibasahi dengan air hangat.
Oral trush ini juga harus denagn stomatitis. Stomatitis merupakan inflamasi dan ulserasi pada membran mukosa mulut. Anak yang mengalami stomatitius biasanya tidak mau makan atau minum (M. Scharin, 1994: 448)
B. Penyebab
Candida albicans yang ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi saat persalinan (saat bayi baru lahir) atau transmisi melalui botol susu dan puting susu yang tidak bersih, atau cuci tangan yang tidak benar.
C. Patofisiologis
Infeksi mulut yang disebabkan oleh kandida albicans pada neonatus. Pada keadaan daya tahan tubuh bayi menurun, dapat juga sebagai komplikasi akibat penggunaan antibiotik lama. Infeksi mula-mula terdapat di mulut kemudian di esofagus ke traktus digestifus timbul diare.
D. Tanda dan Gejala
a. Adanya lesi (kerusakan atau kehilangan jaringan tubuh karena cedera) yang berwarna putih yang biasanya terdapat pada lidah atau bagian dalam pipi. Lesi ini bisa menyebar ke langit-langit, mulut, tonsil, atau bagian belakang tenggorokan.
b. Anak kadang-kadang menolak untuk minum



E. Pencegahan
Tidak ada cara untuk mencegah terpajan pada kandida. Obat-obatan tidak biasa dipakai untuk mencegah kandidiasis. Ada beberapa alasan: Penyakit tersebut tidak begitu bahaya. Ada obat-obatan yang efektif untuk mengobati penyakit tersebut. Ragi dapat menjadi kebal (resistan) terhadap obat-obatan. Memperkuat sistem kekebalan tubuh dengan terapi antiretroviral (ART) adalah cara terbaik untuk mencegah jangkitan kandidiasis.
F. Penatalaksanaan
a. Jaga daerah ini agar tetap sekering mungkin
b. Gunakan nystatin secara topikal, oral nystatin dapat mengurangi jamur
G. Asuhan
a. Memberitahu pada ibu bahwa oral trush merupakan hal yang lazim terjadi pada bayi.
b. Memberitahu pada ibu bahwa oral trush (warna putih pada bagian mulut bayi) disebabkan karena hygene yang kurang.
c. Menjelaskan pada ibu cara mengatasi oral trush, yaitu dengan gentian violet 5% dengan teratur dan jaga kebersihan mulut bayi.

Sabtu, 31 Oktober 2009

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI GUMOH

Gumoh (Regurgitasi)
A. Pengertian
Regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan melalui mulut dan tanpa paksaan, beberapa saat setelah minum susu (Depkes R.I, 1999).
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan ketika beberapa saat setelah minum susu botol/ menyusui dan dalam jumlah sedikit. (Depkes R.I, 1994)
Regurgitasi merupakan keadaan normal yang sering terjadi pada bayi denagn usia dibawah 6 bulan. Seiring denagn bertambahnya usia, yaitu sampai usia diatas 6 bulan, maka regurgitas semakin jarang dialami oleh anak.
B. Penyebab
1. Posisi saat menyusui yang tidak tepat
2. Anak sudah kenyang tetapi tetap diberi minum karena orang tuanya khawatir anaknya kekurangan makan
3. Posisi botol
4. Terburu -.buru / tergesa – gesa
5. Dan lain –lain
Bayi Gumoh (Jawa) biasanya hanya untuk membersihkan sisa susu dari mulutnya. Gumoh menjadi abnormal bila jumlahnya banyak dan pertambahan berat badan tidak mencukupi.
C. Patofisiologis
Biasanya bayi mengalami gumoh setelah diberi makan. Selain karena pemakaian gurita dan posisi saat menyusui, juga karena ia ditidurkan telentang setelah diberi makan. Cairan yang masuk di tubuh bayi akan mencari posisi yang paling rendah. Bila ada makanan yang masuk ke Esofagus atau saluran sebelum ke lambung, maka ada refleks yang bisa menyebabkan bayi gumoh.
Lambung yang penuh juga bisa membuat bayi gumoh. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi. Akibatnya bayi tidak hanya mengalami gumoh tapi juga bisa muntah. Lambung bayi punya kapasitasnya sendiri. Misalnya bayi umur sebulan, ada yang sehari bisa minum 100 cc, tapi ada juga yang 120 cc.
D. Tanda dan gejala Gumoh
a. Mengeluarkan kembali susu saat diberikan minum
b. Gumoh yang normal terjadi kurang dari empat kali sehari.
c. Tidak sampai mengganggu pertumbuhan berat badan bayi
d. Bayi tidak menolak minum
E. Pencegahan
a. Perbaiki teknik menyusui. Cara menyusui yang benar adalah mulut bayi menempel pada sebagian areola dan dagu payudara ibu.
b. Berikan ASI saja sampai 6 bulan (ASI eksklusif). Pemberian makanan tambahan dibawah 6 bulan memperbesar resiko alergi, diare, obesitas serta mulut dan lidah bayi masih dirancang untuk menghisap, bukan menelan makanan.
c. Beri bayi ASI sedikit-sedikit tetapi sering (minimal 2 jam sekali), jangan langsung banyak.
d. Jangan memakaikan gurita tertalu ketat
e. Posisikan bayi tegak beberapa lama (15-30 menit) setelah menyusu
f. Tinggikan posisi kepala dan dada bayi saat tidur
g. Jangan mengajak bayi banyak bergerak sesaat setelah menyusu
h. Jika gumoh di sebabkan oleh kelainan atau cacat bawaan segera bawa ke petugas medis agar mendapat penanganan yang tepat sedini mungkin
i. apabila mengguanakan botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol susu diatur sedemikian rupa sehingga susu menutupi seluruh permukaan botol dan dot harus masuknya seluruhnya ke dalam mulut bayi.
j. Sendawakan bayi sesaat setelah minum. Bayi yang selesai minum jangan langsung ditidurkan, tetapi perlu disendawakan dahulu terlebih dahulu. Sendawa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri) denmagn kepala bersandar dipundak ibu. Kemudian, punggung bayi ditepuk perlahan-lahan sampai terdengar suara bersendawa.
2. Menelungkupkan bayi dipangkuan ibu, lalu usap / tepuk punggung bayi sampai terdengar suara bersendawa.
F. Penatalaksanaan
a. Bersikaplah tenang,
b. Segera miringkan badan bayi agar cairan tidak masuk ke paru-paru (jangan mengangkat bayi yang sedang gumoh, karena beresiko cairan masuk ke paru-paru)
c. Bersihkan segera sisa gumoh dengan tissue atau lap basah hingga bersih pastikan lipatan leher bersih agar tidak menjadi sarang kuman dan jamur
d. Jika gumoh keluar lewat hidung, cukup bersihkan dengan cotton bud, jangan menyedot dengan mulut karena akan menyakiti bayi dan rentan menularkan virus.
e. Tunggu beberapa saat jika ingin memberi ASI lagi
G. Asuhan
a. Memberitahukan bahwa muntah adalah hal yang harus mendapat perawatan yang baik.
b. Menginformasikan pada ibu bahwa muntah disebabkan posisi saat menyusui yang tidak tepat atau posisi botol yang salah
c. Mamberitahu ibu untuk memperbaiki cara minumnya, posisi saat memberikan susu dari botol dan sendawakan bayi sesaat setelah minum ASI

Kamis, 29 Oktober 2009

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI MUNTAH

A. Pengertian
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen (Markum : 1991)
Muntah merupakan keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke dalam lambung (Depkes R.I, 1994)
Pada masa bayi, terutama masa neonatal, muntah jarang terjadi. Oleh karena itu, bila terjadi muntah maka harus segera dilakukan observasi terhadap kemungkinan adanya gangguan.
Muntah harus dibedakan dengan regurgitasi. Pada regurgitasi, pengeluaran susu terjadi setelah minum susu. Hal ini dapat disebabkan karena kebanyakan minum atau kegagalan untuk mengeluarkan udara yang tertelan. Muntah merupakan aksi refleks yang dikoodinasi medulla oblongata. Sehingga isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut
B. Penyebab
1. Kelainan kongenital saluran pencernaan, iritasi lambung, atresia esofagus, atresia/stenosis, Hirschsprung, tekanan intrakranial yanmg tinggi, cara memberi makan atau minum yang salah, dan lain – lain.
2. Pada masa neonatus semakin banyak misalnya factor infeksi (infeksi traktus urinarius, hepatitis, peritonitis, dll)
3. Gangguan psikologis, seperti keadaan tertekan atau cemas terutama pada anak yang lebih besar.
C. Patofisiologis
Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan.



Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu :
a. Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah.
b. Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic dengan glottis tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
c. Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunannya diafragma disertai dengan penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum berkontraksi, fundus dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka.
D. Tanda dan Gejala
Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah, yaitu :
a. Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang disertai dengan sedikit darah. Kemungkinan ini terjadi karena iritasi akibat sejumlah bahan yang tertelan selama proses kelahiran. Muntah ini kadang menetap setelah pemberian makanan pertama kali.
b. Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumlah banyak, tidak secara proyektif, tidak berwarna hijau, dan cenderung menetap biasanya terjadi sebagai akibat dari obstruksi usus halus.
c. Muntah yang terjadi secara proyektil dan tidak berwarna kehijauan merupakan tanda adanya stenosis pylorus.
d. Peningkatan tekanan intrakranial dan alergi susu
e. Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Karena tehnik pemberian makanan yang salah atau pada faktor psikososial.
E. Pencegahan
a. Perlambat pemberian susu. Bila diberi susu formula, beri sedikit saja dengan frekuensi agak sering.
b. Sendawakan bayi selama dan setelah pemberian susu. Bila bayi diberi ASI, sendawakan setiap kali akan berpindah ke payudara lainnya.
c. Susui bayi dalam posisi tegak lurus, dan bayi tetap tegak lurus selama 20-30 menit setelah disusui.
d. Jangan didekap atau diayun-ayun sedikitnya setengah jam setelah menyusu.
e. Jika diberi susu botol, pastikan lubang dot tidak terlalu kecil atau terlalu besar.
F. Penatalaksanaan
a. Cepat miringkan tubuhnya, atau diangkat ke belakang seperti disendawakan atau ditengkurapkan agar muntahannya tak masuk ke saluran napas yang dapat menyumbat dan berakibat fatal.
b. Jika muntahnya keluar lewat hidung, orang tua tidak perlu khawatir. Bersihkan saja segera bekas muntahnya. Justru yang bahaya bila dari hidung masuk lagi terisap ke saluran napas. Karena bisa masuk ke paru-paru dan menyumbat jalan napas. Jika ada muntah masuk ke paru-paru tak bisa dilakukan tindakan apa-apa, kecuali membawanya segera ke dokter untuk ditangani lebih lanjut.
G. Asuhan
Muntah yang tidak disertai dengan gangguan fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus. Meskipun demikian diperlukan tindakan sebagai berikut :
a. Ciptakan suasana tenang dan menyenangkan pada saat makan. Hindari anak makan sambil bebaring atau tergesa – gesa, agar saluran cerna mempunyai kesempatan yang cukuip untuk mencerna makanan yang masuk.
b. Ajarkan pola makan yang benar dan hindari makanan yang merangsang serta menimbulkan alergi. Pemberian makanan juga harus disesuaikan dengan usia dan kebutuhan anak, dengan memperhatikan menu gizi seimbang, yaitu makan yang bervariasi dan mengandung unsur karbihidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Pritein dari susu sapi, telor, kacang – kacangan dan ikan laut kadang – kadang menyebabkan alergi. Untuk itu orang tua harus hati – hati dan bila perlu diganti dengan bahan makanan lain
c. Ciptakan hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak. Orang tua yang mengabaikan kehadiran anakmenciptkan situasi yang menegangkan. Situasi tersbut merupkan situasi yang tidak menyenangkan anak dan dapat berdampak pada fisik anak.. oleh karena itu, kasih sayang yang mencukupi dan bimbingan yang bijaksana dari orang tua merupakan hal yang sangat diperlukan.
d. Lakukan kolaborasi. Apabila muntah disertai denmagn gangguan fisiologis, seperti warna muntah yang kehijauan, muntah secara proyektil, taua gangguan lainnya,segeralah bawa anak ke pelayanan kesehatan untuk menda[atkan penanganan secepatnya. Selain iti, pemeriksaan penunjang juga sangat diperlukan.